InfoIslamiToday - Seseorang lelaki barusan menikah dan sedang pulang ke rumah bersama istrinya. Mereka menyebrangi sungai memakai satu perahu, mendadak badai besar nampak. Lelaki itu seorang pejuang, ia terlihat tenang. Tetapi istrinya terlihat demikian ketakutan lantaran tak terbiasa dengan situasi yang mencekam.
Yang mereka ditumpangi mereka yaitu satu perahu kecil, sedang badai demikian besar. Dengan keadaan demikian mereka mungkin tenggelam kapanpun. Namun lelaki itu duduk diam serta tenang seperti tak terjadi apa pun.
Sembari gemetar istrinya ajukan pertanyaan, “Tidakkah anda takut? Ini mungkin saja waktu terakhir dalam kehidupan kita! Kita mungkin saja tidak akan hingga ke tepian. Cuma keajaiban yang dapat menyelamatkan kita, tanpa itu tentu kita bakal mati. Apakah anda tidak takut? Mengapa kamu diam seperti batu? ”
Lelaki itu tersenyum serta mengeluarkan pedang dari sarungnya. Istrinya lebih bingung dibuatnya. “Apa yang dilakukannya? ”, fikirnya dalam hati.
Tidak lama kemudian, lelaki itu menempelkan pedang di dekat leher istrinya, cuma ada sedikit celah hingga pedang itu benar-benar melekat pada leher istrinya.
Lelaki itu ajukan pertanyaan, “Apa kamu takut? ”
Istrinya tertawa serta menyahut, “Buat apa saya takut? Bila pedang itu ada di tanganmu, buat apa saya takut? Saya tau anda mencintai saya. ”
Lelaki itu menyimpan kembali pedangnya serta menjelaskan, “Itulah jawabanku. Saya tau Allah mencintaiku, serta badai ini ada di genggaman-Nya. Karenanya, apa pun yang terjadi pastinya baik. ”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Qur’an :
“Boleh jadi anda membenci suatu hal, walau sebenarnya ia sangat baik bagimu, serta bisa jadi (pula) anda menyukai suatu hal, walau sebenarnya ia sangat buruk bagimu ; Allah tahu, sedang anda tak tahu. ” (2 : 216)
Sungguh, kepercayaan kita pada pasangan yaitu sumber ketenangan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Bila memanglah suami kita orang shalih, insha Allah tidak akan beresiko pisau ditangannya. Kepercayaan ini yaitu kepercayaan yang sesuai dengan fitrah. Selama ia masihlah ada, serta disandarkan pada object yang pas, kepasrahan yaitu kebahagiaan seutuhnya.
Bantu share ya.. mudah-mudahan bermanfaat.
Yang mereka ditumpangi mereka yaitu satu perahu kecil, sedang badai demikian besar. Dengan keadaan demikian mereka mungkin tenggelam kapanpun. Namun lelaki itu duduk diam serta tenang seperti tak terjadi apa pun.
Sembari gemetar istrinya ajukan pertanyaan, “Tidakkah anda takut? Ini mungkin saja waktu terakhir dalam kehidupan kita! Kita mungkin saja tidak akan hingga ke tepian. Cuma keajaiban yang dapat menyelamatkan kita, tanpa itu tentu kita bakal mati. Apakah anda tidak takut? Mengapa kamu diam seperti batu? ”
Lelaki itu tersenyum serta mengeluarkan pedang dari sarungnya. Istrinya lebih bingung dibuatnya. “Apa yang dilakukannya? ”, fikirnya dalam hati.
Tidak lama kemudian, lelaki itu menempelkan pedang di dekat leher istrinya, cuma ada sedikit celah hingga pedang itu benar-benar melekat pada leher istrinya.
Lelaki itu ajukan pertanyaan, “Apa kamu takut? ”
Istrinya tertawa serta menyahut, “Buat apa saya takut? Bila pedang itu ada di tanganmu, buat apa saya takut? Saya tau anda mencintai saya. ”
Lelaki itu menyimpan kembali pedangnya serta menjelaskan, “Itulah jawabanku. Saya tau Allah mencintaiku, serta badai ini ada di genggaman-Nya. Karenanya, apa pun yang terjadi pastinya baik. ”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Qur’an :
“Boleh jadi anda membenci suatu hal, walau sebenarnya ia sangat baik bagimu, serta bisa jadi (pula) anda menyukai suatu hal, walau sebenarnya ia sangat buruk bagimu ; Allah tahu, sedang anda tak tahu. ” (2 : 216)
Sungguh, kepercayaan kita pada pasangan yaitu sumber ketenangan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Bila memanglah suami kita orang shalih, insha Allah tidak akan beresiko pisau ditangannya. Kepercayaan ini yaitu kepercayaan yang sesuai dengan fitrah. Selama ia masihlah ada, serta disandarkan pada object yang pas, kepasrahan yaitu kebahagiaan seutuhnya.
Bantu share ya.. mudah-mudahan bermanfaat.
No comments:
Post a Comment